Senin, 10 Februari 2014

Garnerita

Diposting oleh Budian's pages di 10.17 0 komentar

Terima Kasih ;)

Minggu, 09 Februari 2014

Teruntuk Ibu yg Telah Melahirkan Kekasihku

Diposting oleh Budian's pages di 23.16 0 komentar

Ibu..
Ingatkah Ibu, dulu aku menyapamu dgn sebutan tanteu dalam sebuah pesan singkat.
Iya, pesan singkat di hari ulang tahunmu.

Ibu..
Tahukah Ibu, sulit rasanya merangkai kata di pesan singkat untukmu itu.
Aku terlalu takut dan segan untuk langsung berbicara pada Ibu.
Ku ulang lagi, ku baca lagi, sampai rasanya kata2 itu cukup pantas untuk disampaikan padamu.
"Selamat ulang tahun tanteu. Semoga tanteu dan keluarga sehat dan selalu ada dlm lindungan Allah"
Sebuah doa yang kupanjatkan untukmu, tulus.
Tak lupa juga aku mengenalkan diriku.
"Tanteu saya Dian, temannya Mas Adhi".

Ibu..
Dag dig dug rasanya hatiku ini ketika akan menyentuh tombol send di layar ponselku.
Sekali lagi, aku terlalu takut, bahkan hanya untuk menyampaikan sebuah doa.

Ibu..
Engkau begitu lembut dan baik sekali.
Kesan pertama yang aku tangkap ketika aku membaca balasan pesan singkatku tadi.
Aku senang, aku terharu.
Ibu menjawab pesan singkatku dgn kata2nya yang lembut.
Dalam balasan pesang singkat itu, engkau menyebut dirimu "Ibu", seakan kau sedang berbicara pada anakmu.

Ibu..
Sejak saat itu aku tinggalkan panggilan "tanteu" dan mulai memanggilmu "Ibu".
Sungguh hatiku senang tak terkira, engkau perlakukan aku seperti anakmu sendiri.

Ibu..
Tahukan Ibu, aku terlalu segan.
Bahkan hanya untuk menanyakan kabarmu lewat pesan singkat pun aku segan.
Bukan karena aku tak ingin, tapi karena aku terlalu takut.
Takut salah dalam berkata, takut salah bertingkah.
Dan pada akhirnya aku hanya diam.

Ibu..
Ketika aku bertemu denganmu, tengah malam itu.
Tahukah Ibu, aku berkata dalam hatiku.
"Aku ingin seperti beliau"
Lembut, ramah, sopan, sangat santun, baik sekali.
Tahukah Ibu, perjalananku sejauh 1425 km yg aku tempuh menjadi tidak ada artinya karena kelembutanmu itu.
Namun kala itu, aku masih tetap segan dan terlalu takut.

Ibu..
Waktu itu kita sempat berfoto.
Bersama Bapak dan Nadhira, cucu Ibu yang sangat lucu itu.

Ibu..
Waktu itu aku sangat tersanjung sekali.

Ibu..
Dengan segala kemurahan hatimu, engkau kirimkan foto itu lewat Blackberry Messenger.
Tahukah Ibu, aku senang sekali.

Ibu..
Sejak saat itu kita menjadi sering bertegur sapa lewat Blackberry Messenger.
Aku senang, aku bangga. Dan diam2 aku sering merindukanmu.
Namun, aku terlalu takut. Bahkan hanya untuk menyapamu.

Ahh Ibu..
Seandainya Ibu tahu seperti apa euforia dalam hatiku ini ketika engkau mengirim pesan melalui Bbm itu.

Ibu..
Seandainya engkau tahu, betapa aku bersyukur kepada Tuhan karena aku diizinkan untuk sering menyapamu, memanggilmu dgn sebutan "Ibu" dan mencintai anakmu.

Iya Bu,
Terimakasih telah mengizinkan aku untuk mencintai anakmu.
Terimakasih telah menyematkan cincin indah bertuliskan nama anak laki2 yg paling engkau sayang di jari manisku.

Ibu..
Malam ini aku terbangun.
Teringat rangkaian kata dalam sebuah dinding di dunia maya bertuliskan namamu.
Maafkan aku Ibu..
Entah mengapa, tapi serasa ada yang menohok hatiku waktu itu.

Maafkan aku Ibu..
Karena Tuhan tak menjawab keinginanmu.
Maafkan aku Ibu..
Karena aku tak memenuhi ekspektasimu.

Ibu..
Kita mencintai pria yg sama.
Pria yg engkau lahirkan, engkau rawat, engkau didik dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Iya Bu..
Aku mencintainya juga.

Ibu..
Terimakasih karena telah melahirkan pria yang kita cintai itu.
Terimakasih karena telah merawat dan mengajarkan berbagai hal pada pria yg kita cintai itu.
Terimakasih karena telah selalu memberikan yg terbaik pada pria yang kita cintai itu.

Ibu..
Sebentar lagi pria kecilmu itu akan menjadi imamku.
Aku memilihnya bu, untuk menjadi imamku, pembimbingku, pelindungku.
Aku memilihnya..
Karena aku melihatmu sebagai seorang yang lembut dan penuh kasih sayang.
Anak dari seorang Ibu yg lembut, pasti akan membawa kelembutan dalam hidupku.
Maka dari itu, aku memilihnya...

Ibu..
Aku ini tak punya apa-apa.
Tak punya apa-apa untuk dibanggakan.
Tapi aku punya rasa syukur yang sangat besar kepada Tuhan, karena engkau telah mengizinkan aku untuk memilihnya.

Bu..
Sebentar lagi, pria kecil kesayangan Ibu itu akan menjadi imamku..
Dia akan menjadi surgaku.
Surganya ada di bawah telapak kakimu.
Dan surgaku pun akan berada di sana sebentar lagi.

Iya Bu..
Telapak kakimu akan menjadi surgaku juga.

Ibu..
Tak perlu khawatir.
Aku tak akan membiarkan pria yg kita cintai itu mengeluh lapar.
Aku tak akan membiarkan rambutnya acak2an atau rambut2 di dagunya tumbuh tak beraturan.
Aku tak akan membiarkan pria yg kita cintai itu memakai celana jeans sobek2 lagi..

Ibu..
Akan kucintai dia dengan seluruh hatiku.
Mungkin tak bisa sebesar cintamu padanya.

Tapi aku janji, Bu.

Aku akan jadi orang pertama yang memastikan kesehatannya.
Aku akan jadi orang yang setia mendengarkan keluh kesahnya.
Aku akan jadi saksi dari semua kesuksesannya.
Aku akan jadi orang yg menyeka keringatnya.
Aku akan jadi orang yg membangunkannya ketika ia tidur terlalu lama.
Aku akan jadi orang yang berada di sampingnya ketika dunia sedang tidak berpihak kepadanya.
Aku akan membuatkan kopi untuknya setiap pagi atau kapanpun dia mau.
Aku akan menjadi koki handal untuknya (beri aku waktu untuk yg satu ini) ;)

Ibu..
Sudah malam ternyata, besok aku harus kembali ke kantor.

Ibu..
Sudikah kiranya engkau menyalipkan sebuah doa dalam sujudmu, untukku, calon menantumu.

Selamat malam Ibu.
Semoga Allah selalu menyertaimu.

Teruntuk Ibu yang telah melahirkan kekasihku.
Aku mencintaimu... ♥

Balikpapan, 10 Februari 2014
Pkl 00.16 wita

Tuan Berbaju Merah

Diposting oleh Budian's pages di 16.01 2 komentar

Hai Tuan berbaju merah..
Sedang apa??
Aku di sini sedang merindukan Tuan.
Begitulah setiap harinya.

Hai Tuan berbaju merah..
23 Februari sudah tiba.
Ingatkah Tuan, 26 tahun yg lalu Tuan terlahir ke dunia, dari seorang Ibu yg sangat menyayangi Tuan dan Bapak yg hingga saat ini selalu Tuan jadikan panutan.

Hai Tuan berbaju merah..
Selamat ulang tahun.
Perjuangan hidup tidaklah mudah.
Maka tidaklah salah jika Tuan banyak mendapat ucapan selamat.
Selamat karena Tuan sudah berhasil berdiri kokoh sampai saat ini.
Mungkin Tuan pernah jatuh, tp Tuan berhasil bangkit lagi.
Mungkin Tuan pernah bersedih, tp Tuan tidak lantas kehilangan akal krn kesedihan itu.
Mungkin Tuan pernah gagal, tp Tuan selalu bisa belajar dr kegagalan itu.
Mungkin Tuan pernah kecewa, tp Tuan selalu bisa menatap hari dengan pandangan optimis.

Hai Tuan berbaju merah..
Silahkan hitung berapa nikmat yg telah Allah berikan kpd Tuan.
Banyak bukan??
Mungkin waktu 26 tahun pun tak akan cukup untuk menghitungnya.

Hai Tuan berbaju merah..
Jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yg telah Allah berikan kepada Tuan.
Jangan lupa untuk selalu bersujud kepada-Nya.
Jangan lupa untuk selalu mengandalkan-Nya.
Karena apa yg telah Tuan miliki hingga saat ini bukan karena Tuan sendiri, bukan pula karena atasan Tuan di kantor.
Tapi karena-Nya.

Hai Tuan berbaju merah..
Bolehlah saya berucap sedikit doa untuk Tuan.
Semoga Tuan selalu disayang Allah.
Semoga Tuan selalu menjadi orang yang menyenangkan.
Semoga Tuan selalu menjadi orang yg beruntung.

Hai Tuan berbaju merah..
Boleh jugalah saya sedikit menggantungkan harapan saya kepada Tuan.
Jadilah imam yang baik.
Jadilah pembimbing dan pelindung yang mumpuni.

Hai Tuan berbaju merah..
Terimakasih.
Terimakasih telah meluangkan waktunya.
Terimakasih telah bersedia menjadi seorang Tuan yg selalu saya rindukan setiap harinya.

Hai Tuan berbaju merah..
Saya pergi dulu.
Bukan, bukan  pergi dari kehidupan Tuan, karena itu tdk akan saya lakukan.

Selamat ulang tahun Tuan berbaju merah.
Berbahagialah..

Berbahagialah bersama saya ^-^

Balikpapan, Februari 2014

 

dian's Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea