Senin, 09 Februari 2015

Kepada Pria yang Setia Menemaniku dalam Jarak

Diposting oleh Budian's pages di 15.26
Kepada pria yang setia menemaniku dalam jarak...


Sore ini seperti biasa aku tenggelam dalam berkas-berkas pekerjaan yang menjenuhkan.
Aku diam di workstation-ku. Memandangi sekitar. Pemandangan yang sama sejak 3 tahun (lebih) yang lalu.
Ahhh..tak terasa sudah 3 tahun lebih aku bergelut dengan berkas-berkas ini, dengan orang-orang ini.
Aku jenuh, sayang.
Ketika aku pulang dari sini, tak ada peluk hangat kekasih, tak ada candaan sang adik atau hanya sekedar teh hangat buatan Ibu.
Sudah 3 tahun (lebih) aku bergelut dalam masalah yang harus aku selesaikan sendirian.

Kadang aku merasa bangga akan diriku.
Hei kalian, lihat aku.. Aku hebat!!! Aku kuat!! Aku bisa hidup tanpa orang-orang yang aku sayangi disekitarku.
Lihat aku!! Aku keren bukan? Aku mendapatkan berbagai pengalaman yang tak kalian bisa dapatkan. Aku tahu tentang sesuatu yang tak kalian tahu.
Aku mandiri. Aku independent. Aku bisa bertahan ditengah keadaan yang serba tak memungkinkan.

Aku tak tahu apakah aku bersalah sampai-sampai Tuhan menempatkan aku di sini.
Atau apakah Tuhan ingin mengajarkan sesuatu yang tidak aku ketahui sebelumnya?
Atau Tuhan ingin menaikkan level kekerenanku?
Sesungguhnya hanya Tuhan yang tahu maksud dari semua ini.
Aku yang hanya makhluk, bisa apa selain menerima, ikhlas.

Perlahan aku belajar tentang hikmah.
Ya, aku belajar tentang hikmah.
Sudah aku temukan?
Tentu saja, sudah tapi belum semua. Masih ada misteri dibalik ini semua yang harus aku ungkap.
Atau, sudah lah, jangan kepo biarkanlah menjadi rahasia Tuhan yang hanya bisa aku rasakan.

Kepada pria yang setia menemaniku dalam jarak..
Dulu, aku tak terlalu ambil pusing tentang jarak yang mendera ini.
Toh, aku tetap menjadi aku.
Mereka tetap teman-temanku.
Keluargaku tetap keluarga yang mendoakan aku walaupun aku berjarak dengan kehidupan normalku.
Namun, setelah ada kamu, semua menjadi tak sama.
Perlahan keluhan yang sempat muncul namun tenggelam itu, kembali mencuat ke permukaan.
Menjadi lebih besar dan semakin besar.
Perlahan namun pasti aku bahagia, perlahan namun pasti juga bahagia itu juga menjadi luka yang menganga.

Kadang aku iri dengan teman-temanmu.
Mereka bisa leluasa melihat wajahmu, menyentuhmu, bertukar pandang denganmu, setiap hari..
Kadang aku iri dengan mantan kekasihmu
Mereka dulu tak pernah berjarak denganmu, bisa merasakan hangat cintamu setiap saat tanpa merasa risih, tanpa merasakan luka yang berarti
Ya, aku iri dengan mantan kekasihmu..
Aku akui itu, dan tak akan pernah aku pungkiri.

Kadang aku mempertanyakan,
Kenapa kamu memilihku, perempuan yang berjarak 1.426 KM jauhnya dari sisimu.
Bukan untuk 1 hari atau 2 hari.tapi sudah 2 tahun lewat, sayang.
Dan entah sampai kapan...

Awalnya aku bangga, akan diriku, akan dirimu juga.
Ini suatu prestasi yang memang harus dirayakan.
Kamu hebat, bisa bertahan sejauh ini.
Dan ya, aku juga hebat, sangat. Karena bisa mempertahankan kesetiaanku pada 1 pria yang fisiknya tak selalu ada di dekatku.

Kadang aku malu pada Ibumu, pada keluargamu.
Sekilas aku membuatmu menjadi tidak normal.
Tidak normal?
Ya, tidak normal. Apakah kamu masih merasa normal dengan keadaan ini?
Namun, mereka bilang tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Aku hanya perlu berfokus pada tanggung jawabku di sini.
Ahhh..terimakasih keluargamu..

Kepada pria yang setia menemaniku dalam jarak..
Kegalauan ini tak pernah bisa berlari dari benakku. Mereka stuck dan seolah betah membayang-bayangiku.
Keselahan kecil seujung kotoran kuku pun menjadi seolah-olah besar seperti lubang neraka yang selalu aku ungkit.
Itu kelemahanku.
Kelemahan terbesarku.
Aku benci dengan semua itu. Tapi tak bisa ku lawan, karena aku berjuang sendirian.
Kadang aku mempertanyakan di mana kamu? Aku butuh kamu..
Kadang aku juga ingin amnesia.
Aku ingin mengulang semua dari awal...

Tapi waktu tak bisa diputar.
Berjanjilah tak akan mengulangi kesalahan, aku juga begitu.. *setidaknya aku akan berusaha
Berjanjilah untuk menanggalkan seluruh perasaan lamamu, tinggalkanlah di tempat sampah seseorang di Benua Antartika sana, agar kau tak tertarik lagi untuk mengambilnya karena di sana begitu dingin.
Aku pun begitu sayang, sudah kubakar perasaaan lamaku bersama mercon-mercon dan kembang api tahun baru sudah lama sekali. Mereka sudah menjadi abu. Abunya pun hilang terbawa angin dan menguap hilang begitu saja. Sudah tidak ada...

Kepada pria yang setia menemaniku dalam jarak
Bertahanlah..
Aku mohon.
Sebentar lagi aku pulang :)


30HariMenulisSuratCinta




0 komentar:

Posting Komentar

 

dian's Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea